#content-footer{ width:100%; clear:both }

Kamis, 27 September 2012

How to Manage Our Work

HARD WORK is a must, but more than......

Work-life balance is a problem for many people. Not just freelancers, either—anyone who works in a job that involves some kind of thinking is tempted to take work home with them. I suppose that maintaining a good balance is one of the benefits to menial shift work.
But freelancers have it worst. Without an employer, our income is more dependent on performance than any corporate employee’s income. And for the vast majority of us, there’s no real distinction between our home life and our work life, because our work life happens at home.
Here’s the thing that we lose sight of: becoming a workaholic does not improve your bottom-line or productivity.

When you work every day, all day, with no time set aside for living life, you just get more stressed. You lose sight of reality. You get out of touch with creativity, which is just as important for producing quality work as it is for innovating in business. You take much longer to do things and you get so exhausted that you sit there looking at the screen for hours.
There are no benefits to living a workaholic lifestyle. Let me emphasize that:
No benefits.
I have struggled with this problem for years. I’ve since solved it and struck a balance I’m happy with, but it plagued my family life and my stress levels for much longer than I’m proud to admit.
As you probably know from experience, it can be a hard problem to solve. You try and try, but keep falling back on old habits and working each day until 2am.
How do you solve it? It comes down to firewalling.

Firewall by Time and Day

The first thing you need to do is determine when you will work, and only work during those hours. If work spills over, you need to have the self-discipline to say, “I can pick this up in the morning.”
The most common objection to this idea is that emergencies are constantly coming up. If emergencies are constantly cropping up, you need to do one of two things:
  • Improve your personal productivity and get your act together.
  • Manage your clients better—emergencies suddenly crop up less often when they know your boundaries.
The truth is that for most people, the first problem is the real problem. Worse still, most people with the first problem use the excuse that it’s the second problem. Next time you find yourself cursing a client for throwing you into a midnight spin, ask yourself: is this really their fault, or did I manage this poorly?

Firewall by Location

When your home and professional life occur in the same place, it is absolutely essential to firewall by location. You need to keep personal and professional locations totally separate.
If you live in a studio apartment or some other one-room accommodation, this isn’t impossible. You just have to learn to firewall without actual walls: pick a corner, stick your desk there, and refuse to go near it when you’re not working.
Similarly, you need to define areas where work can’t take place, such as the living room and the bedroom. Some people say they work best in the bedroom (no, your dirty buggers, I didn’t mean it like that), and that’s fine—just make sure there is somewhere in your home you can be work-free. Though I’m willing to bet people who say they work best in the bedroom have poor work-life balance!
If you feel the need to get away from your desk, don’t take your laptop over to the couch. Go be a hipster and hang out at the café, or if you don’t need free café wifi, go sit on a bench in the park or at the beach.
Just don’t get sand in your keyboard.

Firewall Your Communication

If you’ve read my work for long elsewhere, you’re probably sick of hearing me talk about this. If you need to get work done, I always say, firewall your incoming communication channels.
Well, I’m not talking about that right now; I’m talking about when you don’t want to get anything done! If you’re not working, you still need to firewall your communication lines in case you end up working when you shouldn’t be.
If you have been clever enough to separate your personal and professional communication lines, just turn the business phone and cell off. Sign out of business email. If they’re combined, you may just have to do some dodging and let the phone ring out. I use the same cell for everything, so it can be difficult to do.

Money Isn’t Everything

I know that my problem with work-life balance ultimately came from the desire to earn more income. I loved the fact I could support my family, but I wanted to go further and be able to take them out for the day without worrying about cash, or buy them a plasma TV. Okay, that wasn’t for them.
I recently made a move that significantly reduced my income. But you know what? I’m happier, and I enjoy the money I do have more. And the things I bought when I was making more money? I’m enjoying them more, too!
Be careful of falling into the trap of sacrificing your life for more money. If you want to make more than you’re making, find a way to do it without making that sacrifice or there’s just no point to having the extra cash to begin with.

What Constitutes Balance?

What is balance? How much time needs to be set aside for work and how much time needs to be reserved for yourself?
It’s really an individual thing and it comes down to a variety of factors. How much do you need to rest to become optimally productive for the week that follows? Personally, I need a day. Some need two. Some need a day every two weeks, but don’t ask me how they do it.
There are other factors—how much time does you family need from you? Can you meld your personal relaxation time in with family time, or do you need to separate them? Do you have a choice anyway?
Decide what you need to recharge your batteries, and be honest. The temptation is to underestimate it. But if you underestimate it, you’re not doing your clients a favor, because you’ll just be sending them worse work.

Jumat, 10 Februari 2012

Tren Facebook di Kalangan Mahasiswa


PENDAHULUAN
                         
Facebook?
 

                          Siapa yang tidak mengenalnya. Suatu situs jejaring sosial yang saat ini sedang marak-maraknya diperbicangkan oleh khalayak masyarakat. Situs pertemanan yang paling banyak diminati oleh sebagian besar masyarakat adalah friendster dan facebook. Awalnya, friendster merupakan situs jaringan sosial yang diminati sebelum facebook. Banyak pengguna friendster yang berpindah ke facebook karena layanan yang diberikan lebih lengkap dan mengikuti selera masyarakat. Kini kehadiran facebook telah menggantikan friendster sebagai situs jejaring sosial yang disukai oleh masyarakat.
Facebook memiliki sederet  fitur yang memungkinkan penggunanya berinteraksi langsung (real time), seperti chatting, tag foto, game, dan update status “what are you doing now” yang dinilai lebih keren dari friendster.
Facebook (buku muka) merupakan salah satu situs jejaring sosial dengan beberapa fasilitas yang awalnya dibuat oleh seseorang untuk dapat menjalin pertemanan dan komunikasi secara aktif dengan orang atau badan organisasi, tanpa dibatasi dengan jarak, ruang dan waktu. Facebook merupakan situs jaringan sosial yang ditemukan oleh Mark Zuckerberg pada tanggal 4 Februari 2004. Facebook menyebar ke seluruh dunia pada akhir tahun 2007. Awalnya, facebook dengan situs www.facebook.com sebelumnnya bernama the facebook dengan situs www.thefacebook.com digunakan untuk komunikasi antara mahasiswa Universitas Harvard. Namun, setelah beberapa waktu, target pengguna adalah seluruh mahasiswa dan masyarakat umum, siapapun dapat mendaftar di facebook dan berinteraksi dengan orang-orang yang mereka kenal atau belum (Harliati, 2008).

PERMASALAHAN
Tren adalah suatu kecenderungan manusia untuk mengikuti suatu objek yang menjadi pusat perhatian pada masa-masa tertentu. Facebook telah menjadi tren di kalangan pelajar khususnya mahasiswa. Sebagian besar mahasiswa di fakultas ISIP USU telah memilih facebook sebagai alat untuk dapat berkomunikasi. Facebook bagi mahasiswa bukan hanya digunakan untuk menjalin pertemanan melainkan juga sebagai ajang pencarian pacar, bermain games serta media informasi dan diskusi. Didukung dengan tersedianya fasilitas wi-fi di kampus FISIP memudahkan mahasiswa untuk mengakses situs tersebut. Wi-fi (Wireless Fidelity) merupakan koneksi internet tanpa kabel yang memudahkan dalam transfer data. Tekonologi wi-fi memberikan kemudahan bagi para pengguna dalam satu area dapat mengakses internet secara bersamaan tanpa perlu direpotkan dengan kabel.
Di area kampus ISIP terdapat 5 (lima) titik akses atau hotspot yang berada pada 2 (dua) titik di ruang dekan, 1 (satu) titik di ruang dosen, 1(satu)  titik di gedung C, 1 (satu) titik di gedung Tax Center.
Taman kampus serta koridor gedung C/D adalah tempat yang digunakan mahasiswa untuk mengakses internet.
Penulis ingin mendeskripsikan bagaimana tren facebook di kalangan mahasiswa serta ingin mendeskripsikan perubahan yang ditimbulkan dengan adanya tren facebook di kalangan mahasiswa FISIP USU.

TIPE PENELITIAN
Penelitian ini dikaji melalui pendekatan kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif yakni melihat kehadiran facebook sebagai suatu tren bagi kalangan mahasiswa FISIP USU. Dalam pengumpulan data menggunakan observasi partisipasi dan wawancara kepada informan. Observasi dilengkapi dengan kamera foto. Wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam dan sambil lalu. Proses wawancara  dilengkapi dengan perekam serta catatan lapangan. Analisa data dilakukan dari awal hingga penelitian berlangsung yang diurutkan ke dalam pola, tema dan kategori-kategori serta dilakukan pemeriksaan keabsahan data yang diperoleh.

PEMBAHASAN
Facebook merupakan istilah yang tidak asing lagi dalam kehidupan manusia. Awalnya,  jejaring sosial online facebook dimulai di Harvard 2004. Nama facebook berasal dari satu kebiasaan lama Harvard yang sudah ada sebelum internet, tiap tahun Harvard menerbitkan dan menyebarkan buku yang menunjukkan semua mahasiswa di tiap kelas dan dimana tempat tinggal mereka. Buku itu ibarat buku telepon dengan foto, dan para mahasiswa jadi bergantung kepadanya dalam kehidupan sosial. Satu tahun, ketika produksi “facebook” terlambat akibat kesalahan penerbit, empat mahasiswa di satu asrama Harvard sampai protes dengan mogok makan (Christakis dan James, 2010:323).
Sebelum ada versi online “facebook”, beberapa mahasiswa sudah menggunakannya untuk “cuci mata” memilih calon teman kencan, sementara segelintir mahasiswa ambisius coba-coba mengingat nama dan muka semua orang yang ada di dalamnya. Tetapi 25 tahun kemudian, Mark Zuckerberg lahir pada 14 Mei 1984 di Dobbs Ferry, Westchester County, New York, Amerika Serikat (AS). Ia merupakan mahasiswa tahun kedua Harvard, membawa facebook ke dunia maya, yang akhirnya populer dan menyebar ke lembaga-lembaga lain. Pada saat itu para pengguna facebook merupakan anggota masyarakat kampus, dan situs itu menumbuhkan rasa kedekatan. Mereka yang bergabung, dapat melihat profil siapapun dalam komunitas yang seolah-olah bertemu langsung di kampus. (Christakis dan James, 2010:325).
Jumlah pengguna facebook pada februari 2009 mencapai 150 juta orang. Bahkan lebih 25 juta pengguna secara aktif menggunakan facebook setiap harinya. Menurut insidefacebook.com, Indonesia merupakan negara dengan tingkat pertumbuhan akun facebook yang tercepat di Asia Tenggara[1]. Dengan tingkat pertumbuhan pemilik akun facebook terbesar pada tahun 2008 atau total 831 orang, Indonesia mengalahkan Malaysia, India, Thailand, Singapore dan bahkan Cina. Pada akhir februari 2009 jumlahnya telah meningkat hampir mencapai 2 juta pengguna.
Facebook memiliki menu utama yang dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) menu utama dan menu lain di facebook, antara lain: menu beranda (Home), menu profil (profile), menu akun serta menu lain di facebook. Berikut merupakan penjelasan dari menu facebook
1.    Menu beranda (home) merupakan halaman pertama yang muncul ketika berhasil masuk (login) ke facebook. Menu beranda terdiri dari beberapa aplikasi, antara lain:
v Pesan, digunakan untuk menerima serta mengirim pesan. Pesan dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu pesan masuk (inbox) yang merupakan sarana penyimpanan pesan dari dan untuk sesama pengguna serta apa yang anda pikirkan (status update) yang digunakan untuk menuangkan tulisan baik ide maupun apa yang sedang terjadi atau dipikirkan saat itu.
v Teman yang digunakan untuk melihat pertemanan, melihat teman yang sudah menjadi teman di facebook
v Aplikasi yang berisi aplikasi facebook yang telah terinstal dan dapat digunakan secara langsung. Aplikasi itu terdiri dari koleksi foto, video, grup, acara, catatan, tautan, hadiah.
2.    Menu profil (profile) merupakan halaman yang digunakan untuk menampilkan data pribadi pengguna facebook secara lengkap. Halaman ini berisi biodata serta informasi pengguna facebook yang dapat terlihat oleh teman facebook. Profil bukan hanya digunakan untuk melihat info atau biodata tetapi juga seperti video, foto, serta melihat atau menulis dinding milik teman.
3.    Menu akun merupakan menu ketiga dari facebook. Pada menu ini pengguna facebook dapat mengubah kerahasiaan e-mail serta kata kunci facebook (password). Menu ini terdapat aplikasi lain seperti sunting teman, pengaturan akun, pengaturan privasi serta menu untuk keluar dari facebook. Kerahasiaan info atau identitasnya dapat diubah sesuai keinginan kepada siapa info ditampilkan sehingga tidak sembarang orang mengetahui indentitasnya.
4.    Menu lain di facebook merupakan menu tambahan facebook, yang terdiri dari pencarian (search), obrolan facebook (chatting facebook), pemberitahuan (notification) serta permainan (games).
Untuk dapat mengetahui tren facebook di kalangan mahasiswa, penulis ingin mendeskripsikan  faktor-faktor mahasiswa menggunakan facebook, faktor tersebut antara lain adalah faktor gengsi terhadap teman, faktor keinginan, serta faktor hiburan dalam mengatasi rasa jenuh.
§ Faktor gengsi terhadap teman. Maslow mengatakan bahwa manusia memiliki 5 (lima) tingkat kebutuhan salah satunya adalah kebutuhan akan harga diri yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol  status. Facebook merupakan suatu objek yang dijadikan sebagai suatu tren. Adapun ungkapan yang digunakan oleh mahasiswa FISIP seperti: gaptek (gagap teknologi), gak “up to date”, gak gaul, ketinggalan zaman. Salah satunya jalan agar tidak dianggap gaptek adalah membuat atau mendaftarkan diri di Facebook.
§ Faktor keinginan. Freud melihat bahwa seseorang akan menekan berbagai keinginan seiring dengan proses pertumbuhannya dan proses penerimaan aturan-aturan sosial. Adanya keinginan yang besar untuk dapat memahami situs jejaring sosial facebook yang tren di kalangan mahasiswa.
§ Factor Hiburan dalam Mengatasi Rasa Jenuh. Swastika (2003) mengatakan bahwa remaja atau yang disebutnya sebagai anak muda, sering dikaitkan dengan waktu luang, kebebasan dan semangat pemberontakan. Kemudian Hebdige (Antariksa, 2000) mengatakan bahwa anak muda juga dipresentasikan sebagai masa penuh dengan kesenangan dimana mereka bisa bergaya dan menikmati banyak aktivitas waktu luang. Mahasiswa yang memiliki banyak waktu luang dan tidak mempunyai kegiatan biasanya akan merasa jenuh sehingga mereka akan mencari suatu hal yang dapat membuatnya merasa senang yaitu dengan bermain facebook.

Kehadiran facebook yang dijadikan sebagai tren membuat mahasiswa menjadi kecanduan yang dapat dilihat dari membeli media mengakses facebook dengan murah, dengan tampilan terbaik serta kecepatan akses internet, misalnya laptop dan telepon genggam. Kehadiran facebook di kalangan mahasiswa membawa persoalan kesehatan, pendidikan dan ekonomi.
§ Segi kesehatan. Kehadiran facebook membuat menjadi lupa memenuhi kebutuhan tubuh, seperti makan, tidur, dan lain sebagainya. Disamping itu, kesehatan mata merupakan ancaman yang cukup hanya mengingat selama membuka facebook tidak terlepas pandangannya terhadap monitor atau layar monitor sehingga tanpa disadari, sinar radiasi dari monitor membuat susunan saraf mata cepat lelah dan jika tidak diistirahatkan menyebabkan penurunan kemampuan fungsi penglihatan mata. Berlangsung dalam waktu lama, dapat mengalami kerusakan mata dan bahkan buta.
§ Segi Pendidikan. Facebook yang disukai kalangan pelajar dalam hal ini mahasiswa FISIP jika dikaitkan dengan dunia pendidikan, misalnya dikaitkan dengan penurunan minat belajar mahasiswa, berpendapat bahwa facebook merupakan hal yang justru membuat minat berkurang. Hal tersebut dapat didasarkan kepada pengalaman terhadap perubahan yang terjadi pada  diri mereka dengan hadirnya facebook ke dalam kehidupan mereka.
§ Segi Ekonomi. Facebook bukan hanya dapat diakses melalui warnet (warung internet), maupun wi-fi saja tetapi dengan kecanggihan teknologi,  facebook dapat diakses melalui telepon genggam. Mereka yang mengakses facebook melalui warnet akan membayar biaya warnet sesuai dengan kebutuhan. Mereka yang menyadari pengeluaran uang yang dikeluarkan apabila terlalu sering mengakses facebook, akan mencari tarif internet yang murah.
Facebook bagi mahasiswa bukan hanya dijadikan untuk menjalin pertemanan, ajang pencarian pacar, bermain games serta media informasi serta diskusi.
Abercombie dan Warde (dalam Lury, 1998:258-259), masing–masing akan melakukan aktivitas kegiatan sesuai dengan apa yang ada dalam pikirannya. Mereka yang mengakses facebook dengan wi-fi tiba di kampus pada saat aktivitas dimulai, siang menjelang sore hari. Mereka akan menempati area wi-fi agar dapat mengakses facebook secara gratis, mereka mengupayakan diri untuk kenyamanan dirinya yang tergantung situasi, sifat dan kebutuhan selama mengakses facebook.
Beragam aktivitas yang dilakukan agar mendapat kondisi yang benar-benar sesuai dengan keinginan, seperti mencari kondisi tempat serta cuaca yang mendukung agar mengupayakan hal tersebut. Saat kondisi cuaca mendukung, mereka akan memilih tempat yang rindang disertai dengan angin.
Selama mengakses facebook dapat terjadi interaksi yaitu interaksi dengan teman-teman, kemudian terdapat aktivitas-aktivitas yang dilakukan. Interaksi yang dilakukan pengguna facebook adalah interaksi yang dilakukan di dunia nyata serta interaksi yang dilakukan di dunia maya. Interaksi yang dilakukan di dunia nyata itu dapat berupa komunikasi yang dilakukan antara si pemilik facebook dengan lingkungan sekitarnya saat mengakses facebook.
Interaksi dapat berupa mengobrol bersama dengan teman-teman sekelompok di lingkungan sekitar sambil makan makanan atau minum, selain itu dapat membahas tugas kampus, melihat informasi dari situs-situs online yang menambah pengetahuan, serta dapat sambil mendengarkan lagu yang diputar melalui laptop maupun telepon genggam.
Terkadang ada mahasiswa yang duduk sendiri agar lebih leluasa  mengakses facebook. Interaksi yang dilakukan di dunia maya tidak seperti interaksi yang dilakukan seperti halnya kita bertemu teman dengan saling berhadapan, interaksi dapat berupa seperti membuka situs-situs lain. Bukan itu saja, mereka juga dapat membuka facebook  serta segala macam aplikasi-aplikasi yang ditawarkan. Hal yang dilakukan pertama kali saat berhasil membuka facebooknya adalah melihat pemberitahuan karena terdapat perasaan senang apabila ada teman-teman yang mengomentari pesannya, menerima pesan dan mendapatkan teman baru serta dapat melihat yang sedang online (aktif di facebook), dengan begitu dapat melakukan obrolan. Jelas terlihat adanya interaksi, hanya saja interaksi dilakukan di dunia maya, dapat dilakukan komunikasi yang bersifat pribadi.
Adapun aktivitas yang dilakukan di dunia maya seperti melihat koleksi foto teman serta video, menulis komentar baik foto, status, video, dinding, pesan, tautan, memberi ucapan selamat ulang tahun. Terkadang mahasiswa dapat menjadi sebagai alat penghibur karena membuat pengguna facebook tertawa  seperti dengan membaca status yang unik, video unik dan lucu.
Facebook sudah menjadi tren di kalangan mahasiswa. Umumnya tekonologi menghasilkan inovasi-inovasi terbaru. Dalam terobosannya salah satu inovasi terbaru yaitu situs pertemanan jejaring sosial facebook yang menjadi tren di dunia.  Inovasi facebook yang dihasilkan melalui teknologi tersebut menguntungkan manusia dalam hal berkomunikasi, berbisnis, memiliki nilai prestise di kalangan masyarakat dan lain-lain. Facebook sudah menjadi tren bagi mahasiswa FISIP karena hampir sebagian besar telah memiliki facebook.  Mahasiswa yang menyukai tren akan berbuat segala macam cara untuk menjadi pusat perhatian seperti dengan mereka menyukai suatu bentuk aplikasi facebook, ingin terhindar dari cemooh karena gengsi bila dianggap gaptek (gagap teknologi) oleh temannya serta ingin mengurangi kejenuhan dari rutinitas kampus.
Kehadiran facebook sebagai tren membawa perubahan di kalangan mahasiswa FISIP yang dapat dilihat dari kecenderungan untuk memiliki dunia sendiri, sehingga tidak sedikit dari mereka tidak peduli dengan orang lain di lingkungan sekitarnya. Hal ini cukup mengkhawatirkan bagi perkembangan kehidupan sosial. Mereka yang seharusnya bersosialisasi dengan lingkungan justru lebih banyak menghabiskan waktu di dunia maya bersama teman komunitas jejaring sosialnya, yang rata-rata membahas sesuatu yang kurang penting. Akibatnya, kemampuan interaksi dengan teman-teman di lingkungan sosial menjadi berkurang. Berkat kecanggihan teknologi yang berkembang semakin pesat membuat segala sesuatunya lebih mudah. Kecanggihan teknologi dalam bidang komunikasi membuat manusia seperti internet menjadikan segala sesuatu lebih mudah dalam memperoleh informasi.
Kecanggihan tersebut semakin berkembang dengan memunculkan situs jejaring sosial yang bertujuan agar tetap saling berkomunikasi tanpa mengenal ruang serta waktu. Situs jejaring sosial seperti facebook diminati oleh semua golongan masyarakat salah satunya pelajar atau mahasiswa. Mahasiswa FISIP merupakan salah satu golongan masyarakat yang menyukai facebook karena hampir sebagian besar mahasiswa memiliki facebook.
Mahasiswa merupakan pelajar yang dituntut untuk mendapatkan prestasi yang baik. Kehadiran facebook yang membuatnya menjadi kecanduan, sehingga kuliahnya menjadi terbengkalai serta sibuk dengan facebooknya dibandingkan dengan tugas kuliahnya dan menyebabkan penurunan terhadap prestasi belajar.
Akses internet untuk membuka facebook jelas berpengaruh terhadap kondisi keuangan mahasiswa (terlebih jika akses dari warnet maupun dari telepon genggam). Tidak jarang mahasiswa menggunakan uang bulanan (uang yang digunakan selama satu bulan) untuk pergi ke warnet serta membeli pulsa hanya sekedar untuk membuka situs jejaring sosial saja. Ini dapat dikategorikan sebagai pemborosan, karena menggunakan uang secara tidak efektif.

KESIMPULAN
Facebook sudah menjadi tren di kalangan mahasiswa FISIP karena sudah sebagian besar mahasiswa di FISIP telah menggunakan facebook karena alasan gengsi, keinginan dari diri sendiri informasi serta untuk mengatasi rasa jenuh. Kehadiran facebook ternyata menambah persoalan yaitu dari segi kesehatan terutama mata, segi pendidikan yaitu mahasiswa menjadi lalai terhadap kewajibannya sebagai pelajar dan dari segi ekonomi yaitu mahasiswa akan memperoleh segala cara untuk dapat mengakses facebook. Bagi mahasiswa FISIP facebook digunakan adalah untuk menjalin pertemanan, ajang pencarian pacar, bermain games serta untuk memperoleh informasi serta diskusi. Aktivitas yang dilakukan mahasiswa pada saat mengakses facebook yaitu adanya interaksi di dunia nyata dan dunia maya. Kehadiran facebook sebagai suatu tren yang menyebabkan mahasiswa menjadi ketergantungan dan mengakibatkan perubahan aktivitas seperti  tidak memanfaatkan waktunya secara efektif, mengganggu konsentrasi terhadap kegiatan yang dilakukan serta lebih bersifat individual.

SARAN
· Mengurangi kecanduan dalam mengakses facebook yaitu dengan cara menggunakan situs pertemanan bila memang ada keperluan penting. Misalnya kepada teman, saudara atau keluarga kita yang kita hubungi lewat situs adalah orang-orang yang memang berada jauh dan sulit bila dihubungi lewat media lain.
· Biasakan untuk beberapa waktu saja untuk menikmati situs pertemanan facebook. Tanamkan kepada diri sendiri untuk lebih mementingkan tanggung jawab sebagai pelajar dan bersosialisasi dengan orang sekitar. Tidak perlu harus kita mengupdate-status dan data setiap hari.
· Apabila mereka merupakan seseorang yang menyukai obrolan (chatting). Maka pembicaraan di dunia maya lebih berpotensi menimbulkan fitnah daripada manfaat baiknya karena tidak secara langsung bertatap muka sehingga lebih bebas dalam mengutarakan sesuatu. Oleh karena itu jangan terpancing dengan komentar atau tulisan-tulisan dari beberapa teman.
· Hindari rasa berbangga diri. Dalam memasukkan foto pribadi ke facebook untuk memberitahukan kepada teman secara fisik bukanlah masalah itu sebatas untuk perkenalan dan menunjukkan bahwa kita tidak berbohong. Tetapi, apabila sudah mulai memasang foto diri yang banyak sekali, maka perilaku ini harus dihindari. Bahayanya adalah timbul rasa berbangga-bangga diri yang pada akhirnya menjadi sombong.
· Pengawasan kepada mahasiswa terhadap proses belajar diruangan. Sehingga tidak ada mahasiswa yang dapat mengakses facebook selama proses belajar sedang berlangsung. Mengakses facebook pada saat proses belajar dapat mengganggu konsentrasi belajar sehingga mereka tidak dapat menangkap informasi yang diberikan. 

DAFTAR PUSTAKA
§ Abdullah, Irwan.2006.Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
§ Christakis, Nicholas dan James.2009.          Dahsyatnya Kekuatan Jejaring Sosial Mengubah Hidup Kita. Jakarta : PT. Gramedia
§ Dhanta, Rizky.2009.Langkah-langkah Menggunakan Facebook. Surabaya : Indah Surabaya
§ Febrian, Jack.2001.Menggunakan Internet. Bandung : Penerbit Informatika
§ G, Jonris Purba.2007.“Cyber Maniac”. Skripsi Sarjana FISIPOL-USU. Tidak diterbitkan.
§ Ihromi.2006.Pokok-pokok Antropologi Budaya. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia
§ Koentjaraningrat.1986.Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Aksara Baru
§ Koentjaraningrat.1990.Sejarah Teori Antropologi II. Jakarta : UI-Press
§ Kurniawan, Nyoto dan Ridwan.2009.         Most Wanted Games of Facebook. Semarang : PT. Elex Media Komputido
§ Ninja, Team.2009.    Facebook Untuk Semua Orang, Untuk Sesama Manusia. Medan : Jasakom
§ Poespowardojo,Soerjanto.1989.Strategi Kebudayaan; Suatu Pendekatan Filosofis. Jakarta: PT Gramedia
§ S.Mintargo,Bambang.2000.Tinjauan: Manusia dan Nilai Kebudayaan. Jakarta: Universitas Trisakti
§ Suparlan, Parsudi.1996.Manusia, Kebudayaan dan Lingkungannya. Jakarta: PT Raja Graffindo Persada

Membangun Manusia yang Berbudi Luhur di Lingkungan Masyarakat Khususnya Pelajar dalam Perspektif Keluarga

BAB I
PENDAHULUAN


1.1.Latar Belakang Masalah
            Dewasa ini banyak dijumpai dslam kehidupan sehari-harí baik melalui pengamatan langsung maupun melalui media massa tentang kenakalan remaja. Salah salu faklor yang dominan dalam hal ini adalah kurangnya pendidikan moral yang  diterima anak dalam lingkungan keluarga. Keluarga merupakan kelornpok kecil dalam  masyarakal yang pertama kali dikenal oleh anak dan merupakan lempat pendidikan yang  perlama. Posisi orang tua dalam keluarga menduduki tcmpat yang sangat  penting karena orang tua mempunyai kewajiban dan tanggung jawab yang sangat besar terhadap pendidikan anaknya terutama dalam menanamkan pendidikan moral yang luhur.
            Remaja sebagai generasi penerus bangsa harus mempunyai rnoraiìlas yang luhur, karena merekalah yang akan meneruskan kelangsungan hidup bangsa dan negara. Oleh  itu remaja harus mernpunyai bekal moral yang kuat agar bisa menjadi manusia yang berkualitas dan bermoral luhur. Dengan landasan moral yang kuat maka tercipta kualitas manusia Indonesia seutuhnya dan akan menjadi dasar yang kuat bagi pembangunan nasional. Berhasilnya pembangunan nasional akan mewujudkan rnasyarakat adil dan makmur yang menjadi cita -cita nasional bangsa Indonesia.
            Berbagai masalah yang dihadapi di negara kita salah satunya diakibatkan oleh adanya krisis karakter  para pejabat negara. Misalnya saja kasus korupsi. Tidak hanya masalah pejabat negara dengan kasus korupsinya saja, namun juga masalah generasi muda bangsa yang nampaknya sudah jauh dari perilaku baik. Sebut saja tauran antar pelajar, sex pra nikah atau bahkan hal terkecil seperti menyontek, berlaku tidak sopan dengan teman, orang tua maupun guru dan berbicara tidak baik.
            Keluarga merupakan institusi terkecil dalam masyarakat. Masyarakat adalah unit yang membentuk negara. Oleh karena itu, keluarga sangat berperan penting dalam pembentukan setiap karakter individu. Karakter merupakan kunci bagi sumber daya manusia yang berkualitas. Sehingga, pendidikan karakter sejak usia dini merupakan hal yang penting. Namun, keluarga seringkali melewatkan begitu saja fase kritis dalam pembentukan sikap moral anak. Kadangkala orang tua tidak memikirkan bagaimana perkembangan moral anaknya sehingga tidak terlalu fokus dalam membentuk karakter anak agar menjadi seorang pribadi yang berkualitas di masa yang akan datang.
            Dengan tuntutan globalisasi dan perkembangan teknologi saat ini, komunikasi antar anggota keluarga terkadang sangat sulit dilakukan. Dengan kesibukan orang tua yang bekerja, seringkali keluarga hanyalah tempat untuk menginap saja. Tidak ada pendidikan dan sosialisasi yang diberikan orang tua kepada anaknya. Sekarang,  juga banyak kasus perceraian yang dapat berdampak buruk terhadap anak. Anak broken home rentan sekali terbawa arus negatif pergaulan, apalagi anak tersebut adalah anak remaja.

1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah bagaimana penerapan budi luhur dalam membangun masyarakat yang berbudi luhur khususnya di kalangan pelajar dalam perpsektif keluarga? Permasalahan ini diuraikan ke dalam 3 (Tiga) pertanyaan, yaitu:
  1. Bagaimana deskripsi pendidikan berbudi luhur di kalangan pelajar?
  2. Bagaimana peran keluarga dalam membangun manusia yang berbudi luhur?
  3. Bagaimana peran masyarakat dan pemerintah dalam membangun masyarakat yang berbudi luhur khususnya di kalangan pelajar?

1.3.Tujuan
            Adapun tujuan dari makalah ini adalah dapat mendeskripsikan pentingnya berbudi luhur dalam membangun masyarakat khususnya di kalangan pelajar dalam perpsektif keluarga.

1.4.Manfaat
Adapun manfaat tulisan ini secara akademis yaitu dapat menambah wawasan keilmuan dalam kaitannya dengan pentingnya berbudi luhur dalam membangun masyarakat khususnya di kalangan pelajar dalam perpsektif keluarga. Secara praktis, dapat memberikan masukan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam hal membuat berbagai kebijakan tentang berbudi luhur di kalangan pelajar.


BAB II
PEMBAHASAN


2.1. Pendidikan Berbudi Luhur di Kalangan Pelajar
Penanaman nilai-nilai berbudi luhur di sekolah, untuk saat ini memang sudah mengalami kemunduran. Data empiris membuktikan bahwa para guru pun sudah merasa enggan menegur anak didik yang berlaku tidak sopan di sekolah. Anak didik sering kali berperilaku tidak sopan terhadap guru, melecehkan sesama teman, bahkan ada sekolah yang tidak berani mengeluarkan anak didik yang sudah jelas-jelas menggunakan narkoba.
Belum lagi posisi materi yang sejajar dengan kurikulum mulok sampai saat ini memang tidak berdiri sendiri. Materi tersebut diintegrasikan ke dalam dua mata pelajaran, yaitu PPKn dan agama. Kalaupun pada akhirnya diintegrasikan pula ke dalam enam mata pelajaran lainnya, yaitu matematika, IPA, IPS, Kesenian, Bahasa Indonesia, dan Olahraga, rasanya masih kurang mengingat tingkat budi pekerti yang telah amat mahal dan langka di masa kini.
Budi luhur adalah segala perilaku/perbuatan yang sesuai dengan peraturan agama dan menetapi peraturan pemerintah yang sah, mulai dari pemerintah tingkat pusat hingga tingkat RT serta norma-norma sosial yang berlaku di dalam masyarakat setempat (Kholil)[1]. Sekarang ini banyak kita jumpai dalam kehidupan seharí­hari baík melalui pengamalan langsung atau melaluí medía massa tentang kenakalan remaja yang semakin meningkat.
            Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Soewandí (1993: 2) disimpulkan bahwa pada tahun 1975 terdapal 11 macam kenakalan remaja, tempo pada tahun 1993 tercapai 14 macam kenakalan remaja yang amara lain meliputi pernbunuhan (12%), perampokan (4%), penganiayaan (2%), pencurian (35%), penipuan (2%), penyalahgunaan narkotika (10%), membawa senjata tajam (2%), penyalahgunaan alkohol (5%), percabulan (2%), dan pelanggaran lalu lintas (4%). Kenakalan anak remaja tersebut disebabkan oleh berbagai faktor, tetapi tidak dapat diingkari bahwa salah satu faktor yang dominan  minimnya pendidikan moral yang diterima anak dalam lingkungan keluarganya.



2.2. Peran Keluarga Dalam Membangun Manusia yang Berbudi Luhur
       Keluarga rnerupakan kelompok kecil yang pertama dikenal oleh anak di mana ia hidup, tumbuh dan berkembang mengenal berbagaí macam kebutuhan dasar, norma-norma yang berlaku dalam masyarakat yaitu melalui orang tua.
       Vembriano (1982: 36) mengemukakan bahwa ìntisari pengertian dari keluarga adalah:
a. Keluarga merupakan kelompok sosial kecil yang terdîri dan“ ayah„  dan anak.
b. Hubungan Sosial di antara keluarga relatif tetap dan didasarkan atas ikatan darah, perkawinan dan adopsi.
c. Hubungan amara anggota keluarga dijiwai suasana afeksi dan rasa ranggung jawab.
d. Fungsi keluarga adalah memelihara, rnerawat dan melindungi anak dalam rangka sosialisasi agar mereka mampu mengendalikan diri dan berjiwa sosial.
Dengan demikían jelas bahwa keluarga merupakan institusi di mana anak-anak mendapatkan pendidikan termasuk pendidikan moral darí orang tuanya.
            Ketetapan MPR Rl No. ll/MPR/1993 tentang Garis-garís Besar Haluan Negara menyebutkan bahwa pendidìkan di lingkungan keluarga merupakan tempal pendidikan pertama dan pendídikan prasekolah. Selain  juga dijelaskan bahwa pendidìkan di lingkungan keluarga merupakan wahana sosialisasí awal sebelum anak menginjak pendidikan dasar. Sejalan dengan itu Ki Hadjar Dewantara (1962: 71) juga mengatakan bahwa keluarga merupakan pusat pendidikan yang pertama dan terpenting. Demikian pula Imran Manan PH (1989: 61- 62) mengatakan bahwa keluarga baik dalam arti luas merupakan inslitusí vang dipakai untuk memenuhî sernua kebutuhan dasar manusia termasuk menyampaìkan gagasan-gagasan, norma-norma maupun unsur-unsur kebudayaan pokok. Oleh karena itu dalam pendidíkan di lingkungan keluarga perlu dikembangkan adanya Iandasan pembentukan watak dan kepribadian, penanaman dan pengenalan agama tídak ketinggalan tentang nilai-nilai moral dalam kehidupan masyarakat. Dalam hal ini peranan orang tua sangat penting.
            Mendidik merupakan pekerjaan yang harus mengulang­ulang dan memerlukan kesabaran. Oleh karena itu kepada Ibulah tugas mendidik itu diberikan. Singgih D. Goenarlo, juga mengatakan bahwa dalam pendidikan. keluarga merupakan sumber utama. karena segala pengelahuan dan kecerdasan manusia pertama kali diperoleh dalam keluarga. Seorang Ibu biasanya banyak berada di rumah maka kegiatan pendidikan terhadap anak dibebankan kepada Ibu. Demikian juga Henry N. Siahaan (1986: 1) mengatakan bahwa seorang Ibu memegang peranan panting dalam mendidik anak di  ììngkungan kcluarga. Seorang  hams menjadì lokoh utama dalam mendidik anak­anaknya, apalagi l-:etika anak masih kecil rnaka Ibulah yang senaiasa menjadi pendidik. Namun demikian seorang Bapak ridak dapat lepas dari Langgung jawab dalam pendidikan anak tersebut karena pada hakekatnya orang tualah yang berlanggung jawab terhadap pendidíkan  kepada anak-anaknya. Orang tua secara kodrati berhak dan berkewajiban serra bertanggung jawab untuk merawal, mengasuh dan mendidik anak-anaknya agar menjadi manusia yang berguna dan bermoral luhur. Posisi orang ma dalam rnenanamkan nilai-nílai moral luhur terhadap anaknya sangat peming, karena anak akan mendapat bekal pendidíkan moral yang mama dan penama adalah dari orang tua dalam sebuah keluarga.
            Mcnurul Holleman sebagaimana dikemukakan oleh Hardjim Nompuro (1979: 43), hak-hak dan kewajihan-kewajiban seorang Ibu terpusal di dalam pemeliharaan kepemingan­kepemingan intern di dalam rumah tangga. tcrmasuk mengasuh anak-anak. anak. Oleh karena itu dalam  hubungannya dengan mendidik moral anak, di samping Ibu memberíkan pengertian kepada anak temang  yang menyangkux hubungan atara manusia dengan Tuhannya, amara sesama  dan dengan dirinya sendin', lingkah laku dan tindakan orang tua harus menjadí leladan yang sebaik~baiknya bagi anak-anaknya. Misalnya„ orang tua menyuruh anaknya supaya berdoa dulu sebelum makan, yaílu sebagaí rasa ungkapan syukur pada Tuhan. Dalam hal ini orang ma juga harus melakukan hal yang sama. Orang tua sepeni itu akan menjadi teladan yang baik dan anak akan cenderung menurut pada orang tua. Di dalam keluarga, anak-anak diheri kesempatan untuk rneìihal contoh yang baik dan' orang tua sesuai dengan moral, sehíngga proses pendarahdagingan  zcrscbul berlangsung wajar tanpa dipaksakan.
            Sesuai dengan  moral Pancasila maka orang ma sebagai pendidik di dalam keluarga harus mempunyai sikap (Bahan Penataran Pancasila/P-4, 1994: 65-65) "ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa dan tut wurì handayani". "Ing ngarsa sung tuladha” bcrarti keseluruhan sikap, língkah laku dan perbuatan dari orang tua harus sesuai dengan moral yang berlaku dalam masyarakal, sehingga dapat dijadíkan teladan, panulan bagi anak-anaknya. Orang tua dapat berbuat seperti itu apabila ada wazak berdisiplin dalam sikap, cara berpikir dan bertindak, sena keteladanan yang lidak mudah mengandalkan kekuasaan, tempi bersifal rasional dan demokrasi. "Ing madya mangun karsa" dapat diarlikan bahwa orang tua dalam mendidik anak hams mampu memotivasi dan mcmbangkitkan tekad sena semangar anak­anaknya umuk berkreasi dan mempunyai niar yang knal umuk berbuat. Dengan demikian dapat dikalakan bahwa orang tua dapax menghidupkan benih­benih yang lerdapat dalam masyarakat unluk bisa tumbuh secara mandiri dan benanggung jawab sacara baik. Orang tua juga harus mempunyaí sikat. “Tut wuri handayani”, artinya harus mampu mendorong dan mengedepankan anak­anaknya seraya membekalinya dengan
rasa percaya pada diri sendíri. Dengan demikian orang ma mendorong tumbulmya keprìbadían bangsa yang bermoral Pancasila.
            Dengan adanya síkap orang tua yang seperti di aras diharapkan proses kemajuan masyarakat dapat berjalan dengan aman dan demokratis sehingga pembangunan manusia Indonesia seutuhnya clapat terwujud.
            Alat pendidikan ialah segala sesuatu yang secara langsung membantu terlaksananya lujuan pendidikan. Alai pendidikan dapal mas sekali artinya sehingga perlu dibatasi. Mengenai wujudnya dapat berupa benda­benda yang nyaxa dan tidak pcrlu benda yang harganya mahal. Alat pendidikan tidak lerbalas pada bcnda­henda konkrit, telapi dapal juga berupa nasihal. Conloh tumulan dan  Oleh karena itu yang dimaksud dengan pcndidikzm  72 Cakrawala Pendidíkan No. 2, Tähun X Vl. Juni 19.97  pada umumnya adalah suam tindakan man perbuatan alan situasi axau benda yang dengan sengaja diadakzm untuk mencapai sualu lujuan pendidikan (Sularí Imam Bernadib, Tl: 96). Misalnya, seorang anak diperimahkan umuk berdoa sebelum makan, maka yang dikejar dengan perintah tersebm adalah membiasakan si anak untuk berdoa sebelum makan sehingga rasa syukur kepada Tuhannya selalu ada pada diri anak tersebul. Di dalam hal ini perimah lersebut merupakan alal pendidikan. Dslam rangka pendidikan moral seperti di ams, orang tua yang pertama. kali mempunyai kesempatan untuk menanamkan ke dalam jiwa anak. Sebagaimana dikalakan oleh Zakiah Daradjat (1975: 135) bahwa pendidikan moral kepada anak tidak dapat lepas dan' ajaran agama sebagai sumbemya. Apabila pendidikan agama tidak diberikan kepada anak sejak kecíl maka sukar baginya untuk menerima nanli jika sudah dewasa karena dalam kepríbadíannya sejak kecil tidak terdapat  agama.
            Banyak alat pendidikan yang dapal digunakan oleh orang tua umuk mendidik moral anak­anaknya. Menurut Suharlin Citrobroto (1980: 108) ada 12 macam alat yang dapax digunakan orang lua unluk mendidik moral anak,
yaitu:
01. memberi contoh dan menyuruh mencontoh
02. membiasakan
03. memberi penjelasan
04. memberi dorongan
05. menyuruh dan melarang
06. berdiskusi
07. memberi lugas dan Langgung jawab
08. memberi bimbingan dan penyuluhan
09. mengajak berbual
10. memberi kesempatan mencoba
11. mencíplakan situasi yang baik
12. mengadakan pengawasan dan pengecekan.

2.3. Peran Masyarakat dan Pemerintah Dalam Membangun Masyarakat yang Berbudi Luhur Khususnya di Kalangan Pelajar

            Upaya mengatasi kemerosotan moral dan budi pekerti anak dapat dilakukan atas dasar adanya kekuatan yang mendukung, yaitu: di samping telah dituangkan dalam Sistem Pendidikan Nasioanal UU No.2/89. Bab II Pasal 4 yaitu untuk mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, keseharan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Juga terdapat pada perundang-undangan yang lain yaitu:
  • TAP MPR No.X/MPR/1998 tentang pokok-pokok reformasi pembangunan pada Bab IV huruf D
  • o Butir 1 F: Peningkatan akhlak mulia dan budi pekerti luhur dilaksanakan melalui pendidikan budi pekerti di sekolah
  • o Butir 2 H: Meningkatkan pembangunan akhlak mulia dan moral luhur masyarakat melalui pendidikan agama untuk mencegah/menangkal tumbuhnya akhlak tidak terpuji.
    • TAP MPR No.IV/MPR/1999, tentang GBHN Bab IV Huruf D mengenai agama butir 1:
  1. Menetapkan fungsi, peran, dan kedudukan agama sebagai landasan moral, spiritual dan etika dalam penyelenggaraan negara. Perundang-undangan tidak bertentangan dengan moral agama.
  2. Meningkatkan jaminan kesejahteraan tenaga kependidikan sehingga mampu berfungsi secara optimal terutama dalam meningkatkan pendidikan watak dan budi pekerti agar dapat mengembalikan wibawa lembaga dan negara.
  3. UU No.2/1989 Penjelasan Pasal 39 ayat (2): menyatakan bahwa pendidikan pancasila mengarahkan perhatian pada moral yang diharapkan diwujudkan ke dalam kehidupan sehari-hari.
  4. Komitmen masyarakat dalam berbagai lapisan terhadap etika bermasyarakat berbangsa, dan bernegara, ditengarai budi pekerti sebagai salah satu dimensi substansi pendidikan nasional yang perlu diintegrasikan ke mata pelajaran yang relevan.

            Perhatian pemerintah dapat dikatakan cukup serius, terutama bagi pembentukan manusia yang utuh, yaitu manusia yang agamis dan mandiri sebagaimana termaktub dalam Tap MPR/1999 dan didukung oleh peraturan dan ketetapan yang lainnya. Namun, pelaksanaan tidak semudah perencanaannya. Kondisi ekonomi di Indonesia di Indonesia yang sedang terpuruk saat ini sangat berpengaruh dalam menanggulangi kemerosotan nilai-nilai moral dan budi pekerti bangsa Indonesia, khususnya anak
 
BAB III
PENUTUP

3.1.    Kesimpulan
  1. Peran aktif orang tua atau keluarga sangat dituntut dalam upaya menanggulangi kemerosotan moral dan budi pekerti anak.
  2. Sekolah telah mencoba memasukkan materi moral dan budi pekerti ini secara terpadu (integrated) ke dalam setiap mata pelajaran. Namun, tentu saja hal ini masih belum efektif dan belum maksimal, mengingat tidak semua guru mampu mengaplikasikannya.
  3. Peran masyarakat masih sangat kurang bahkan tidak ada usaha sama sekali untuk turut menanggulangi kemerosotan moral dan budi pekerti anak, terutama dalam bentuk control. Namun, upaya penanaman agama sejak usia dini telah disiapkan oleh masing-masing keluarga.
  4. Pemerintah belum maksimal menangani dan menanggulangi kemerosotan moral dan budi luhur pekerti anak. Hal ini diakibatkan oleh kondisi atau ekonomi negara saat ini.
3.2.       Saran
  1. Pemerintah diharapkan lebih serius menangani kemerosotan moral dan budi pekerti anak, tidak hanya sebatas menetapkan kebijakan. Hal ini dapat dilakukan dengan (a) mengalokasikan anggaran pelatihan bagi para guru dalam melakukan integrasi materi moral dan budi pekerti ke dalam setiap mata pelajaran, (b) memasukan kembali materi moral dan budi pekerti menjadi mata pelajaran yang berdiri sendiri.
  2. Bagi orang tua yang berkecukupan diharapkan tidak hanya mengejar materi dan karier, tetapi diharapkan, lebih memberikan perhatian kepada anak-anak mereka, yaitu dengan cara memberikan penanaman nilai-nilai agama sejak dini. Sementara itu, bagi orang tua yang kurang mampu diharapkan tidak terlalu membebani anak dengan tuntutan bekerja, sementara mengabaikan hak mereka untuk mendapatkan pendidikan, khususnya pendidikan moral dan budi pekerti.
  3. Kepada organisasi keagamaan diharapkan turut peduli dengan upaya penanggulangan kemerosotan moral dan budi pekerti anak.
  4. Kepada pelajar, diharapkan kepada masing-masing individu dapat mengikuti program yang dibuat dari sekolah yaitu pendidikan budi pekerti, mengikuti norma atau aturan yang berlaku di lingkungan ssekitar. Terlebih yang lebih penting adalah kesadaran dari setiap masing-masing individu untuk dapat mencerminkan komunikasi serta tingkah laku yang baik.

DAFTAR PUSTAKA









[1] http://ldiiokutimur.wordpress.com/2010/11/30/praktek-budi-luhur-di-masyarakat/

Apakah Artikel ini membantu Anda?